HEAR

SIHAB BERCERITA




Panggil saja ia sihab. Memang tak bisa dibedakan antara marah dan suka. Ia selalu melakukan apa yang menurut ia baik, tapi orang terdekatnya pada saat itu entah tak tahu, apa hanya pura-pura tak tahu. Mereka hanya membiarkan si sihab melaksanakan kegiatan yang seharusnya dilaksanakan bersama-sama. Awalnya Sihab tak pernah mempermasalahkan masalah ini, tapi sebagai orang yang berpengalaman hidup bersama orang lain, sihab hanya bisa bersabar menikmati suasana tersebut. Jika ia ceritakan semua yang ia rasakan tentu tulisan ini tak akan selesai. Maka tulisan ini mewakili perasaan sihab ketika ia memasuki dunianya yang ke-6 –versinya-.
Sebagai remaja ia akan menijak kehidupan yang di titih oleh seluruh mahluk di muka bumi. Sihab pun adalah manusia yang selalu menuruti perasaan saat melakukan apa pun. Awalnya ia merasa mereka hanya merasa letih saat pulang. Maka jika ia sempat melakukan seluruh pekerjaan itu, maka ia lakukan. Menurut pengamatan ku sihab adalah orang lemah yang pandai menyembunyikan perasaannya. Hal ini lah yang membuatnya tak pernah secara natural menjalani kehidupan, jika ku Tanya, jawabnya “yahhh terus harus gimana lagi?”.
Kembali lagi saat ia masuk dalam dunianya yang ke-6. Ia sekarang tumbuh dewasa dengan banyak karakter didirinya yang harus tumbuh, banyak pula cerita yang harus ia review untuk cerita kepada teman barunya. Maka akan banyak sandiwara yang ia lakukan lagi. Ia selalu bercerita kepadaku tentang ini. Karna sihab adalah tipe manusia yang cukup tak mudah percaya pada orang lain yang hidup. Ia hanya menceritakan seluruh keluhannya dengan Allah dan Aku. Maka akulah yang memberinya media untuk melampiaskan kekesalannya dimana pun. Termasuk kapan pun.
Setelah dewasa tubuhnya, maka hal ini menuntutnya untuk bepikir lebih dewasa. Sekarang kita memasuki  dunianya. Mereka –yang hidup bersama- ada enam nyawa disana. Termasuk nyawanya dan ia tergolong sosok periang disana. Tapi ia tak sama seperti lima nyawa lain. Ia selalu membereskan apa yang membuatnya meringam. Termasuk menghemat. Sebenarnya bukan hanya 3 nyawa yang ia permasalahkan. Tapi kelimanya sama saja. Sampai sekarang ia pun masih memakluminya. Ia sadar tak ada gunanya berkeluh kesah, toh juga keringat dan tenaga yang keluar tak akan sia-sia. Akau tak mungkin menceritakan apa saja yang dikatakan sihab kepadaku. Memoriku terbatas dan organ sihab tak jua mampu menahan ku lama. Intinya ia sering merasa dongkol dengan nyawa lain disekitarnya. Walaupun itu hanya dalam golongan ‘pernah’, tapi akan tiba saatnya ia akan merasa jenuh dengan semua keadaan ini. Maka jika itu benar terjadi maafkan ia. Karna ini tak akan mungkin terjadi jika ia tak diberlakuakan seperti kemarin-kemarin.