SE-MASAKU
Oleh : saskia kurnia riandasari
Kampungku memang kampung yang
tertinggal, tapi itu bukan berarti aku kampungan. Namaku Susi Alalika Jayanti,
aku lahir di tanah Bangka, tepatnya 17 desember 1996. Sekarang aku tinggal di
daerah sumatera. Ayahku juragan karet di kampung, ibuku ketua PKK desa. Mereka
kompak dalam berkerja, sampai harus tidak pulang dan meninggalkan ku dalam
larutnya malam. aku juga anak tunggal di sini, di umurku yang ke-16 tahun ini
mulai berfikir, bagaimana mencari cinta sejati. Tapi kata ibu itu belum menjadi
fikiran seharusnya, kecuali saat aku mengijak umur 20 tahun. Menurutku beda,
justru dari sekarang aku harus mencari, karna jika aku terus yang berlari jodoh
akan kelelahan mengejarku. Aku tidak akan mau dan tidak akan sampai mau di
lebel ‘perawan tua’, ayahku juga melarangku untuk pacaran, katanya kalau sudah
ada kerja nanti baru I get my real world,
but it’s still I’am.
-eeee-
“Spadaaaaa! spada eperi badiii! helooo
everi badi at hom???!! hellooo,, yuhuu!!!
“ Bu buka pintunya siapa tahu rejeki
nomplok, kayak yang TV itu loohh bu”
Ckreeekkkk,,, “Ehhhh ibu, susinya ada
bu?” sapanya dengan ramah sebelum di sapa bu Dumi
“ Ohh kamu anak muda, kok sudah parkir
pagi-pagi buta di sini. mencari putriku juga, ada apa, hehhh?” sapanya dengan
sedikit menunjukan kelelokan seorang ibu.
Siapaaaa buuu..
“ Bukan agen rejeki nomplok pakkk,
malah agen koplok yang dating,”
“ya sudah kamu tunggu di sini ya anak
muda!” pintanya kemudian masuk dan menutup pintu. “Susii keluar sayang, ada
temanmu.” . iyaaaa buuuuuu… (terdengar dari kejauhan)
“ wuiihhh, rapi sekali anak bapak, mau
ke mana ncek1”. Susi hanya tersipu malu mendengar ucapan ayahnya.
“ Ciyuss pak? ya ia lah pakk, siapa
dulu bapaknya? pak Tijo gituu lohh!!”
“ckckkckc, mau kemana sus kamu itu,
cantik sekali pesonamu. lah tadi dapat kata-kata ‘ciyus’ tadi dari mana. bahasa
kamu ada-ada saja susi,!”
“bu itu mananya bahasa gaul, ya sudah
bu saya pergi dulu ya.”
“mau kemanaa kamuuuu susiiii,?”. “
pergi buuu, sebentar saja”. dengan si anak muda? siapa beliau? susiiiii,,!!!!”.
“Alex buuuu”.
nguungnguuuunggnguuuunnnnggggg. Motor
Jupiter casing merah itu melaju
kencang dari rumah.
-eee-
“Lex, kita mau ke mana? ke tempat yang
pasti belum pernah kamu kunjungi.”
”iya ke mana?”
“jalan anggrek!”. apaaaa, jalan
anggrek. itu sangat terkenal sekali dengan budayanya. mereka ramah dengan tamu-tamu yang datang,
apalagi terlihat tajir, bisikku dalam
hati.
“ nah ini tempatnya. kerenkan?”. wahhh
liar juga pria ini, ku kira lugu ehh malah banyak sekali motifnya. dasar
priaaa.
“ ayoo masuk sus, ayooo!! kamu malu?
biasa saja. Ayo!!” Alex langsung menarik tangan susi
untuk masuk.
“nah sus, ini dunia remaja, apa
salahnya kita kenal yang beginian.nanti juga kita tidak akan hidup tanpa
hiburan”. Aku hanya mengerutkan kening dan heran dengan calon pacarku ini. Iya
Alex baru ‘Calon Pacarku’. Kami pertama kali bertemu di di sebuah gang dekat
sekolah, saat itu aku baru pulang sekolah. Alex juga baru pulang kuliah di
kota. Rumah kami memang jauh, dan tidak banyak masyaakat mengenal Alex.
“lex, kamu gila ya? Ini temppat PSK
goblokk!!, PULANGggg Lexx,,!!”
”Apaaaa susss,, aku gak dengerrr!!”
sembari terus berjoget di dekat meja 1.
20.00 WIB
“pulangggggg!!”
” Sebentar lagi yaaa,, tanggungg
susss,!” suara mereka larut dalam dendungan music café, hingga susah untuk
melihat siapa saja yang sedang lupa diri. Bau alcohol juga bertebaran di
sekitaran hidung.
Aku tarik tangan alex untuk pulang dan
kami langsung meluncur ke rumahku, tepat pukul 04.50. aku hanya diam setelah
sampai ke rumah setelah mengucap salam untuk rumahku. Aku takut nanti ibu,
bapak ku bertanya dari mana saja aku. Langsung langkahku berlenggok menuju
kamar tidur yang tidak jauh dari pintu masuk, mengunci pintu dengan rapat lalu
mandi membersihkan tubuh.
-eee-
Kringgggggtutttttutttt. –
Well you done done me and you bet I
felt it…..I tried to beat you but you're so hot that I melted…..I fell right
through the cracks, now I'm trying to get back….- denging Handfhone ku saat malam mulai larut di
udara yang dingin dan memikam kalbu ku malam ini. “hallo.!”
”hai,
(salam ala mereka), maaf ya, tadi akau tak sengaja mengajakmu ke sana. Aku
hilaf”
”iya,
aku juga mengerti atas seluruh keadaan mu sekarang. Tenamg saja aku memahami
lex”
”trimakasih
ya sus,”. Lalu pembicaraan mereka melanjut hingga larut dalu[2]. Aku
hanya terdiam mengangguk dan menunduk saat ingat betapa hancurnya ia saat ini,
siswa berprestasi yang putus sekolah karna biaya. Memang banyak sekali warna
yang terukir saat menjalan kehidupan di bumi ini. Itu lah yang membuat aku
membuta mencintainya.
Hingga
rela lakukan apapun untuk itu. ‘susi, pokoknya kamu harus bias jadi ke banggaan
ibu dan ayah’. Kata-kata itu terus menjadi hantu. Tapi lain saat iya kadang
menjadi angin yang berlalu saja di telinga. “susi kamu liburkan hari ini?”
”iya”.”ikut
kau ya,”
”tidak,
aku takut, nanti kau ajak aku ke tempat kemarin, aku tidak mau lex. Aku gadis
normal.”
”tidak
sus, aku tau yang terbaik untuk kamu, kita ke kontrakan ku ya!”
”iya,
tapii, aku,…” belum selasai susi bicara Alex langsung memotong pembicaraan
“
tunggu 5 menit lagi, aku jemput kau”.
Saat
suara motor itu kembali, langsung ku naiki tumpangan itu, lagi-lagi kami menuju
ke suatu tempat, tapi bukan jalan anggrek. Kali ini kolam renang. Aku tak
membawa apapun ke sana, aku fikir kami akan berenang. ternyata hanya bersantai
ria di sana. Sekilas mataku memandang ke arah selatan dari atas tribun penonton
yang satu ini. Duaaaarrrrr. Ku dapati calon
kasihku telah berdiam melihatku sembari berkata “ Sus, maaf aku berdosa
mencintaimu. Biar Tuhan yang menghukum ku, dan biar Tuhan yang membalas…..”.
duaaarrrrr.
Serentak
sebelum nama yang di sebut Alex, iya tergeletar kaku berdarah panas. “astaggaaaa,
Alex, Aleex, Aleeeex!!!!!!!!”. Lalu terlihat dari kejauhan seorang pria berjacket hitam kelam beranjak pergi
meninggalkan tapaknya. ‘sepertinya aku kenal pria itu’, gerutu ku saat sekilas
melihat bayangan itu ‘tapi, siapa dia?’. Setelah sekian detik aku mengenang
bayangan itu, tangan ku tersentuh dengan zat cair yang begitu kental. Iya,
benar itu darah, darah calon kekasihku.
Alex
pergi seakan menyiratkan rahasia tentang jatinya. Dengan mata masih memerah dan
cair, ku tutup mata Alex yang masih terbuka lebar dan bibirnya yang tersenyum.
Bukan hanya tubuhnya, sepertinya seluruh anggota tubuhnya mengisyaratkan
sesuatu.
-eee-
Lelah
bernaung dalam kesedihan, aku beranjak ke fase hampir gila. Tapi sisi lain aku masih
hidup, walaupun telah di ambil sebagian oleh alex. Sekilas setelah senyuan alex
memenuhi otakku, kini ada lagi bayangan hitam yang menyentakku. Siapa dia?.
Esoknya
ku naiki motor Honda beat ku meluncur ke tempat les. Aku sekarang 19 tahun,
tapi seolah baru kemarin Alex pergi. Aku masih menyimpan siratan yang di kirim
alex lewat jasadnya. Sampai akhirnya tuhan tahu apa yang terbaik untukku.
Sampai aku temui pembicaraan di sebuah
gang kotor tempat bias ku lewat
“beres
boss, alex kan udah gua kirim ke neraka. Udah di makan belatung boss. Hahahhaha”.
ada nama alex di percakapan itu, apa hubungannya? Ada apa antara Alex dan
komplotan pembunuh itu.
“pokoknya,
kalian harus kirim seorang pria lagi untuk hancurkan Susi. Aku tidak mau tahu,
soal bayaran, gua yang tanggung. Setelah kalian berhasil, kita akan adakan
pesta besaaarrr. Hahhhaha”. Tawa itu menggeletar kuat. Hatiku mulai tersentak
kembali, kesedihan berubah menjadi kepanikan, di pembicaraan itu ada namaku dan
alex. Apa itu? Belumlah langkahku mencapai hitungan 3, sosok itu tampak jelas. lewat
dari celah-celah papan tua tempatku mengintip. Ku lihat lagi serentak mataku
membengkang dan tak dapat ku percaya. Ada Robi di sana. Sempat aku berfikir
robi adalah dalang dari moment ini.
Aku
naiki roda duaku, dan menghidupkan mesin. Tiba-tiba,
“susi!!”.astaga
Robi melihat ku -aku panik-.
”heii,
apa kabar? Ro ob bb bi.” Entah mengapa aku terbatah menyebut nama yang sempat
mendekatiku saat SMA.
“apa kabar sus, kok di sini?”.”ohh, tidak,
mesin motorku hanya bermain. Aku tak bias jalan lagi dan terpaksa berhenti”
”ohh
begitu, boleh ku tolong kau?”
”yaa
sangat boleh”. Setelah motor itu hidup dan aku meluncur pergi. Ketika ku lihat
wajah robi di sepion kanan ku, tampaknya ia tak curiga dengan yang aku lakukan.
-eee-
‘Robi
harus ku curigai’. Esoknya ku dapati alamat lengkapnya dan ku datangi tempat
itu. Pembicaraan itu sungguh jelas ku dengar, saat tangan kanan ku berniat
mengetuk pintu depan.
“kemarin
aku bertemu si Susi, semakin cantik saja dia. Sudah kau dapati pria yang cocok
untuk merusak kehidupannya?”
”sudah
boss”
”bagus,
kali ini pria itu harus berhasil, kalu tidak bukan hanya pria itu yang ku kirim
ke neraka dengan Alex. Kau juga ikut di sana. Pahamm!!”
”paham
bos,”
”Susi,
kamu lihat, bagaimana hidupmu nanti, ini dia balasan untuk seorang wanita cantik
yang ikhlas menolak cintaku. Akan ku laksanakan sumpahku. Ku bunuh kau dengan
ini Susi Alalika Jayanti”.
Brakk tanpa salam dan izin untuk masuk,
aku berlari dengan amarah ku yang membara. Ku cengkram baju kemeja yang di
kenakan Robi. Ku tampar iya. Lantas aku tak tahu bagaimana asal kejadian ini,
yang aku ingat hanya ada sebilah pisau yang ku pegang di perutku, tepat sebelah
jantung dan satu peluru yang berhasil menerobos kepalaku. Akhirnya aku menemu
kasihku alex, trimaksih bobi, trimakasih takdir, dan trimaksih untuk semua
tinta yang melekat di hidupku.