Ibu Baru Tahu Aku, Bahkan
Belum Mengenal Ku. Tapi…
Hari
ini begitu saja terlintas dipikiranku tentang karir. Bagiku sebenarnya sangat
sulit untuk beradaptasi sungguh. Tapi 61% persen dari orang terdekatku
mengatakan hal yang tak serupa dengan pendapatku. Aku pernah mengatakan bahwa
beradaptasi dinegeri sendiri sebenarnya hampir 79% lebih sulit dari beradaptasi
di negeri orang lain. Why? Mereka disini
mengenal siapa aku, mungkin latar belakang ku. Tapi jika aku berada di negeri
orang lain meraka nihil, sama sekali tak tahu aku siapa? Apakah aku baik atau
buruk.
Okay, back to the point.
Jadi sekarang sore hari, setelah sholat ashar kata-kata dari ibu yus seketika
melayang dalam pikiran ku. Itu masalah karir. Aku lulusan dari DIII salah satu
poltekkes di Sumatera. Sebenarnya masih fresh
graduate lahh, karena baru 2017 mengemban gelar itu. Saat kuliah bisa
dibilang aku adalah salah satu dari mahasiswa terbaik disana. Yap, mungkin ada
yang tidak setuju dengan itu. Tapi bolehkah aku merasa demikian?. Sebagaimana
aku memilih untuk part time menjadi
assisten dokter gigi saat sore hari lepas kuliah. Jadi sok sibuk gitu, hahahh. Syudahlahh
lupakan.
Wisuda
pada bulan agustus membuat ku resmi menjadi penggangguran yang sama sekali
tidak aku sukai. Tapi apa boleh buat tidak ada alasan lagi bagiku untuk tetap stay di rantauan. Lebih lagi buya ku
(singkatan dari IBU dan AYAH yang ku buat sendiri) menginginkan aku untuk
tinggal bersama mereka sebentar di desa. Pernahkah kalian mengenal istilah TKS?
Jika kalian adalah tenaga medis tentu kalian tak akan asing dengan kata itu. Benar
Tenaga Sukarela, tenaga yang mana sesuatu yang ia kerjakan tidak mendapat
penghargaan yang setimpal. Mohon maaf jika ada sahabat yang kurang setuju
dengan asumsi ini. Tapi menurutku inilah Indonesia ku.
Karena
dulu aku adalah salah satu mahasiswa terbaik, jadi ada seseorang yang mempercayai
aku tentang tugas akhir. Singkat cerita karena dia seorang ibu lantas
menasehatiku selayaknya aku anaknya. Walaupun sebenarnya ibuku lebih jago dalam
hal menasehati. Tapi kata-kata dari bu yus menghantui pikiranku, bahkan sampai
sekarang. Dia bertanya padaku apakah aku sudah menjadi PTT (pegawai tidak
tetap) ditempatku sekarang? Lantas pasti aku jawab tidak, karena memang aku
belum. Ia mengatakan bahwa sebenarnya menjadi aku dengan profesiku seperti ini
adalah suatu anugrah, dimana sebenarnya kau dibutuhkan dimanapun fasilitas
kesehatan terpadu. Sebenarnya. Tapi apalagi sekarang 2018, banyak sekali skil
dikalahkan oleh hubungan, tahta, dan harta. Dan aku seharusnya menyadari hal
itu beliau bilang malam tadi.
Malam
itu rasanya bergedup hatiku sekejab, aku tak tahu akan berkata apa lagi, aku
hanya menjawab “iya, banar bu”. Sebenarnya aku sudah ikhlas dengan keadaan
sebelumnya. Kebetulan aku hanya duaberadik dan adik ku sedang berada di
perantauan. Lantas jika aku pula merantau siapa yang akan take care of my perent, that was I think.
Ibuku
pernah sakit hingga di rawat, dan saat yang sama aku tidak bisa disana karena
kuliah. Jujur saat aku mendengar kabar operasi itu aku seperti mati rasa,
seperti dibius total, lemah, tak dapat bicara, tapi aku pun tak tahu harus apa.
Saat itu aku sedang ujian praktek, and
mom said “im okay, don’t worry, there is your dad here J”.
Tapi tetap sama aku kepikiran. Kalian tahu yang ada dipikiran ku seperti ini. Dari
SMP aku sudah merantau hingga kuliah aku tidak bersama mereka secara intense. Aku
tahu mereka melatihku untuk mandiri, karena bagaimanpun aku akan menjadi
seorang ibu kelak, dan seorang istri. Dimana kemandirian, manajement dan pengalaman
tidak bisa diambil secara instan. I accepted
it, karena memang benar. Tapi aku takut kehilangan, itu saja.
Maka
dari itu aku memilih untuk pulang kampung dan mengabdi (halusnya) dengan
negara. Yap, menjadi TKS disini, berkerja tanpa pamrih, hehhhehe. Jika aku
melihat keluar jauh dari desaku, temanku ada yang telah berpenghasilan jutaan
rupiah dan memiliki “class” di masyarakat. Kalian pasti setuju dengan ku bahwa
pekerjaan itu adalah kelas pertama dalam kehidupan yang real, saat kau dapatkan pekerjaan yang tepat maka kelas hidupmu pun
akan tepat. Tapi jika kau belum berkesempatan untuk itu, maka bersiaplah
menjadi cibiran. Aku memilih ini karena I
still miss them.
Tentu
aku tidak bisa begini terus. Aku sadar tidak ada yang abadi selama masih berada
dimuka bumi. Agama ku pun ajarkan hal yang sama. Maka I have to move, but I dunno how
to start. The problem is,
apakah saran dari ibu yus semalam harus aku lakukan, walau aku tahu ada
ketidakbenaran disana, ada sesuatu yang ganjil. Tapi aku pun tahu itu lah
fenomena dinegeriku saat ini, memang benar. Aku pula takut menjadi sok alim
saat menulis ini, jadi ku harap kalian bersikaplah seperti pembaca, dengan
tidak membully aku. Karena ku rasa ini adalah halaman pribadiku, tempat aku
menulis kesah dan bahagia.