contoh paragraf narasi lengkap

contoh paragraf narasi

Buahnya

Saat pagi mulai menjelma dan matahari mulai menyala. Saat itu aku terbangun dengan status yang masih manusia setengah sadar. Tak sempat untuk mandi dan gosok gigi, air wudhu mulai tersiram dan meresam di pori. Kamar mandi tempat ku berwudhu itu sekilas tak ada yang mengantri, tapi keadaan berubah setelah pintu terbuka. Lebih dari setengah dari jumlah penghuni asrama putri A turut serta mengantri.
Kamarku ada di jejeran nomor empat. Di sana ada 2 pasang tempat tidur, dua lemari dua pintu, dua pasang meja belajar, dua buah lemari buku, dan 4 insan penghuni. Tidak cukup sempit tinggal di sini bagi yang sudah terbiasa, tetapi bagi pemula hal ini mampu membuat nafas terhenti sejenak. Tapi  tidak menjadi masalah, hal ini terbayar dengan atmosfer yang sangat baik di asrama. Suhu di ruangan ini terkadang sering meningkat hingga membuat penghuninya cukup gerah dan berkeringat. Apalagi untuk seorang saski yang bertubuh aduhai kecil, eits kelingkingnya.
Menjadi pelajar sekolah menengah atas adalah aktivitas yang luar biasa sok sibuk. Apalagi aktivitas belajar mengajar berlangsung mulai dari pukul 07:00-16:00 WIB. Hal itu belum terhitung tugas dan kegiatan lainnya. Tapi tidak untuk hari ini. Hari ini diawali dengan isu yang luar biasa menggembirakan. Kabarnya kami akan di pulangkan pukul 10:00 WIB. Hari ini bukan hanya menjadi hari yang di tunggu siswa-siswi saja, cleaning servise, dewan guru, dan staff  juga adalah para penanti kedatangan hari ini.
Ketika saatnya tiba. Pengunguman dari pusat informasi di sekolah berkumandang kepada seluruh peserta didik di harapakan memasuki kelas, karena rapot akan segera dibagikan. Karena bagian kami di ruang empat, maka kaki kami terus melangkah tanpa peduli panasnya hari menuju ruang empat. Sesampai di sana banyak teman-teman yang sudah menunggu, sekitar tujuh belas dari 23 siswa telah berada di ruangan. Setelah semuanya lengkap, barulah wali kelas kami datang dengan membawa tumpukan rapot. Dari kejauhan saja wanita yang melihat tumpukan itu sudah histeris berteriak. Entah itu teriakan takut atau bahagia.
Acara telah di mulai dan ibu Sri yang merupakan walikelas kami telah duduk rapi dengan bahagianya di kursi guru. Hal ini merupakan pembuka acara pembagian rapot semester ini. Beliau hanya menyebutkan siswa-siswi yang masuk dalam katagori tiga besar. Sama seperti semester sebelumnya, lagi-lagi di sana tidak ada nama Saskia Kurnia Riandasari. Bukan karena faktor beruntung atau tidaknya. Itu adalah hasil murni pembelajaran akademik semester ganjil.
Seluruh rapot telah sampai ke tangan pemiliknya masing-masing. Tapi ada satuhal yang ternyata yang membuat kelas kami ada cerita tersendiri. Kami di instrospeksi satu per satu oleh wali kelas yang super cantik itu. Walaupun sudah berkepala dua, beliau masih sangat bersemangat. Jadi untuk melakukan sesi intospeksi bukanlah hal yang sulit baginya. Dalam sesi ini kami di tanyai mengenai keinginan kami mengetahui peringkat masing-masing dalam kelas. Serentak kami menjawab “ Setuju!! “. Apa boleh buat kertas itu di perlihatkan secara diam-diam, karena dengan tujuan agar tidak ada perorangan yang merasa dirugikan oleh lagi-lagi jumlah nilai.
Untungnya nama ku bukan nama yang berada di table paling bawah. Hal itu sudah cukup untuk ku, karena memang semua itu berimbang. Bagiku aku sudah berjuang lebih untuk menggapai hal yang diidamkan semua insan. Tapi keadaan berkata lain. Makanya bukan itu yang menjadi prioritas seorang Saskia untuk menjadi manusia besar kelak.
Yang aku lakukan saat itu adalah bersabar dan terus mengingat kesalahan enam bulan terakhir ini. Kaki ku tuterus melangkah sesuai kebiasaannya untuk pulang ke asrama dan mengambil tas yang penuh denagan baju hasil packing tadi malam.
Usai ganti baju dan pamit dengan teman asrama, tanpa ragu lagi kakiku berjalan ke depan sekolah menuju jalan raya. Saat itu aku masih ada nyali untuk naik motor. Motor yang di setir oleh mamang ojekpun menuju langsung ke pasar tempat tongkrongan mobil yang akan menuju ke desaku.
Dengan waktu kurang lebih satu jam. Mobil kijang yang ku naiki sampai di depan rumah. Perasaan rindu akan rumah dan masakan ibu, menghantui jiwa dari beberapa hari silam, dan saat ini adalah saat yang tepat untuk membalas kerinduan itu. Ibu dan ori (adikku) ternyata sudah menunggu. Tampaknya mereka tahu akan rasa rinduku pada semuanya. Hidangan di meja sudah siap untuk di santap dengan lahap.
Malam harinya ketika kami berkumpul sambil menonton televisi, terjadi perbincangan antara ayah dan ibu. Mereka mengatakan untuk liburan kali ini mereka memilih untuk berlibur ke Pagar Alam. Kota yang penuh dengan teh dan udara segar. Inilah saat melepas kepenatan selama belajar berbulan-bulan. Saatnya berpacu dalam udara bak wilayah jawa. Perkataan dan keadaan itu seolah menyadarkanku akan kebesaran tuhan. Memang benar ada pepatah yang mengatakan semua akan ada hikmahnya.


coral class photo

  















yang di atas adalah kebersamaan kami di CORAL CLASS.
mau tahu gimana serunya kami klik http://www.facebook.com/groups/424879624238911/?ref=ts&fref=ts oke...!!

cerpen " semasaku"



SE-MASAKU
my facebook acount : http://www.facebook.com/saskiakurnia

Oleh : saskia kurnia riandasari
Kampungku memang kampung yang tertinggal, tapi itu bukan berarti aku kampungan. Namaku Susi Alalika Jayanti, aku lahir di tanah Bangka, tepatnya 17 desember 1996. Sekarang aku tinggal di daerah sumatera. Ayahku juragan karet di kampung, ibuku ketua PKK desa. Mereka kompak dalam berkerja, sampai harus tidak pulang dan meninggalkan ku dalam larutnya malam. aku juga anak tunggal di sini, di umurku yang ke-16 tahun ini mulai berfikir, bagaimana mencari cinta sejati. Tapi kata ibu itu belum menjadi fikiran seharusnya, kecuali saat aku mengijak umur 20 tahun. Menurutku beda, justru dari sekarang aku harus mencari, karna jika aku terus yang berlari jodoh akan kelelahan mengejarku. Aku tidak akan mau dan tidak akan sampai mau di lebel ‘perawan tua’, ayahku juga melarangku untuk pacaran, katanya kalau sudah ada kerja nanti baru I get my real world, but it’s still I’am.
-eeee-
“Spadaaaaa! spada eperi badiii! helooo everi badi at hom???!! hellooo,, yuhuu!!!
“ Bu buka pintunya siapa tahu rejeki nomplok, kayak yang TV itu loohh bu”
Ckreeekkkk,,, “Ehhhh ibu, susinya ada bu?” sapanya dengan ramah sebelum di sapa bu Dumi
 “ Ohh kamu anak muda, kok sudah parkir pagi-pagi buta di sini. mencari putriku juga, ada apa, hehhh?” sapanya dengan sedikit menunjukan kelelokan seorang ibu.
Siapaaaa buuu..
“ Bukan agen rejeki nomplok pakkk, malah agen koplok yang dating,”
“ya sudah kamu tunggu di sini ya anak muda!” pintanya kemudian masuk dan menutup pintu. “Susii keluar sayang, ada temanmu.” . iyaaaa buuuuuu… (terdengar dari kejauhan)
“ wuiihhh, rapi sekali anak bapak, mau ke mana ncek­­1”. Susi hanya tersipu malu mendengar ucapan ayahnya.
“ Ciyuss pak? ya ia lah pakk, siapa dulu bapaknya? pak Tijo gituu lohh!!”
“ckckkckc, mau kemana sus kamu itu, cantik sekali pesonamu. lah tadi dapat kata-kata ‘ciyus’ tadi dari mana. bahasa kamu ada-ada saja susi,!”
“bu itu mananya bahasa gaul, ya sudah bu saya pergi dulu ya.”
“mau kemanaa kamuuuu susiiii,?”. “ pergi buuu, sebentar saja”. dengan si anak muda? siapa beliau? susiiiii,,!!!!”. “Alex buuuu”.
nguungnguuuunggnguuuunnnnggggg. Motor Jupiter casing merah itu melaju kencang dari rumah.
-eee-
“Lex, kita mau ke mana? ke tempat yang pasti belum pernah kamu kunjungi.”
”iya ke mana?”
“jalan anggrek!”. apaaaa, jalan anggrek. itu sangat terkenal sekali dengan budayanya.  mereka ramah dengan tamu-tamu yang datang, apalagi terlihat tajir, bisikku dalam hati.
“ nah ini tempatnya. kerenkan?”. wahhh liar juga pria ini, ku kira lugu ehh malah banyak sekali motifnya. dasar priaaa.
“ ayoo masuk sus, ayooo!! kamu malu? biasa saja. Ayo!!” Alex langsung menarik tangan susi untuk masuk.
“nah sus, ini dunia remaja, apa salahnya kita kenal yang beginian.nanti juga kita tidak akan hidup tanpa hiburan”. Aku hanya mengerutkan kening dan heran dengan calon pacarku ini. Iya Alex baru ‘Calon Pacarku’. Kami pertama kali bertemu di di sebuah gang dekat sekolah, saat itu aku baru pulang sekolah. Alex juga baru pulang kuliah di kota. Rumah kami memang jauh, dan tidak banyak masyaakat mengenal Alex.
“lex, kamu gila ya? Ini temppat PSK goblokk!!, PULANGggg Lexx,,!!”
”Apaaaa susss,, aku gak dengerrr!!” sembari terus berjoget di dekat meja 1.
20.00 WIB
“pulangggggg!!”
” Sebentar lagi yaaa,, tanggungg susss,!” suara mereka larut dalam dendungan music café, hingga susah untuk melihat siapa saja yang sedang lupa diri. Bau alcohol juga bertebaran di sekitaran hidung.
Aku tarik tangan alex untuk pulang dan kami langsung meluncur ke rumahku, tepat pukul 04.50. aku hanya diam setelah sampai ke rumah setelah mengucap salam untuk rumahku. Aku takut nanti ibu, bapak ku bertanya dari mana saja aku. Langsung langkahku berlenggok menuju kamar tidur yang tidak jauh dari pintu masuk, mengunci pintu dengan rapat lalu mandi membersihkan tubuh.
-eee-
Kringgggggtutttttutttt. – Well you done done me and you bet I felt it…..I tried to beat you but you're so hot that I melted…..I fell right through the cracks, now I'm trying to get back….- denging Handfhone ku saat malam mulai larut di udara yang dingin dan memikam kalbu ku malam ini. “hallo.!”
”hai, (salam ala mereka), maaf ya, tadi akau tak sengaja mengajakmu ke sana. Aku hilaf”
”iya, aku juga mengerti atas seluruh keadaan mu sekarang. Tenamg saja aku memahami lex”
”trimakasih ya sus,”. Lalu pembicaraan mereka melanjut hingga larut dalu­[2]. Aku hanya terdiam mengangguk dan menunduk saat ingat betapa hancurnya ia saat ini, siswa berprestasi yang putus sekolah karna biaya. Memang banyak sekali warna yang terukir saat menjalan kehidupan di bumi ini. Itu lah yang membuat aku membuta mencintainya.
Hingga rela lakukan apapun untuk itu. ‘susi, pokoknya kamu harus bias jadi ke banggaan ibu dan ayah’. Kata-kata itu terus menjadi hantu. Tapi lain saat iya kadang menjadi angin yang berlalu saja di telinga. “susi kamu liburkan hari ini?”
”iya”.”ikut kau ya,”
”tidak, aku takut, nanti kau ajak aku ke tempat kemarin, aku tidak mau lex. Aku gadis normal.”
”tidak sus, aku tau yang terbaik untuk kamu, kita ke kontrakan ku ya!”
”iya, tapii, aku,…” belum selasai susi bicara Alex langsung memotong pembicaraan
“ tunggu 5 menit lagi, aku jemput kau”.
Saat suara motor itu kembali, langsung ku naiki tumpangan itu, lagi-lagi kami menuju ke suatu tempat, tapi bukan jalan anggrek. Kali ini kolam renang. Aku tak membawa apapun ke sana, aku fikir kami akan berenang. ternyata hanya bersantai ria di sana. Sekilas mataku memandang ke arah selatan dari atas tribun penonton yang satu ini.  Duaaaarrrrr. Ku dapati calon kasihku telah berdiam melihatku sembari berkata “ Sus, maaf aku berdosa mencintaimu. Biar Tuhan yang menghukum ku, dan biar Tuhan yang membalas…..”.
 duaaarrrrr.
Serentak sebelum nama yang di sebut Alex, iya tergeletar kaku berdarah panas. “astaggaaaa, Alex, Aleex, Aleeeex!!!!!!!!”. Lalu terlihat dari kejauhan seorang pria berjacket hitam kelam beranjak pergi meninggalkan tapaknya. ‘sepertinya aku kenal pria itu’, gerutu ku saat sekilas melihat bayangan itu ‘tapi, siapa dia?’. Setelah sekian detik aku mengenang bayangan itu, tangan ku tersentuh dengan zat cair yang begitu kental. Iya, benar itu darah, darah calon kekasihku.
Alex pergi seakan menyiratkan rahasia tentang jatinya. Dengan mata masih memerah dan cair, ku tutup mata Alex yang masih terbuka lebar dan bibirnya yang tersenyum. Bukan hanya tubuhnya, sepertinya seluruh anggota tubuhnya mengisyaratkan sesuatu.
-eee-
Lelah bernaung dalam kesedihan, aku beranjak ke fase hampir gila. Tapi sisi lain aku masih hidup, walaupun telah di ambil sebagian oleh alex. Sekilas setelah senyuan alex memenuhi otakku, kini ada lagi bayangan hitam yang menyentakku. Siapa dia?.
Esoknya ku naiki motor Honda beat ku meluncur ke tempat les. Aku sekarang 19 tahun, tapi seolah baru kemarin Alex pergi. Aku masih menyimpan siratan yang di kirim alex lewat jasadnya. Sampai akhirnya tuhan tahu apa yang terbaik untukku. Sampai aku  temui pembicaraan di sebuah gang kotor tempat bias ku lewat
“beres boss, alex kan udah gua kirim ke neraka. Udah di makan belatung boss. Hahahhaha”. ada nama alex di percakapan itu, apa hubungannya? Ada apa antara Alex dan komplotan pembunuh itu.
“pokoknya, kalian harus kirim seorang pria lagi untuk hancurkan Susi. Aku tidak mau tahu, soal bayaran, gua yang tanggung. Setelah kalian berhasil, kita akan adakan pesta besaaarrr. Hahhhaha”. Tawa itu menggeletar kuat. Hatiku mulai tersentak kembali, kesedihan berubah menjadi kepanikan, di pembicaraan itu ada namaku dan alex. Apa itu? Belumlah langkahku mencapai hitungan 3, sosok itu tampak jelas. lewat dari celah-celah papan tua tempatku mengintip. Ku lihat lagi serentak mataku membengkang dan tak dapat ku percaya. Ada Robi di sana. Sempat aku berfikir robi adalah dalang dari moment ini.
Aku naiki roda duaku, dan menghidupkan mesin. Tiba-tiba,
“susi!!”.astaga Robi melihat ku -aku panik-.
”heii, apa kabar? Ro ob bb bi.” Entah mengapa aku terbatah menyebut nama yang sempat mendekatiku saat SMA.
 “apa kabar sus, kok di sini?”.”ohh, tidak, mesin motorku hanya bermain. Aku tak bias jalan lagi dan terpaksa berhenti”
”ohh begitu, boleh ku tolong kau?”
”yaa sangat boleh”. Setelah motor itu hidup dan aku meluncur pergi. Ketika ku lihat wajah robi di sepion kanan ku, tampaknya ia tak curiga dengan yang aku lakukan.
-eee-
‘Robi harus ku curigai’. Esoknya ku dapati alamat lengkapnya dan ku datangi tempat itu. Pembicaraan itu sungguh jelas ku dengar, saat tangan kanan ku berniat mengetuk pintu depan.
“kemarin aku bertemu si Susi, semakin cantik saja dia. Sudah kau dapati pria yang cocok untuk merusak kehidupannya?”
”sudah boss”
”bagus, kali ini pria itu harus berhasil, kalu tidak bukan hanya pria itu yang ku kirim ke neraka dengan Alex. Kau juga ikut di sana. Pahamm!!”
”paham bos,”
”Susi, kamu lihat, bagaimana hidupmu nanti, ini dia balasan untuk seorang wanita cantik yang ikhlas menolak cintaku. Akan ku laksanakan sumpahku. Ku bunuh kau dengan ini Susi Alalika Jayanti”.
Brakk tanpa salam dan izin untuk masuk, aku berlari dengan amarah ku yang membara. Ku cengkram baju kemeja yang di kenakan Robi. Ku tampar iya. Lantas aku tak tahu bagaimana asal kejadian ini, yang aku ingat hanya ada sebilah pisau yang ku pegang di perutku, tepat sebelah jantung dan satu peluru yang berhasil menerobos kepalaku. Akhirnya aku menemu kasihku alex, trimaksih bobi, trimakasih takdir, dan trimaksih untuk semua tinta yang melekat di hidupku.

my true story_Misterus kah aku?( tentang aku di sekolh yang tak tahu namanya apa)



Misterus kah aku?

Ini ceritaku hari ini, dan aku menulisnya saat aku pulang sekolah, ini tetang kejadian nyata, tetang teman dan cinta, tapi cerita ini tak seperti dalam kisah telenovela yang kalian kenal, yang menggabungkan orang ke-2, ke-3 dan iblis. Aku hanya menyurahkan isi hatiku, karna aku binggung akan bercerita kepada siapa, karna aku tak ada teman akrab seperti di novel-novel yang ku baca, kecuali ALLAH SWT yang menemaniku.
K E M A N A P U N……………..
Sekayu, 7 mei 2013
16.31 WIB
Asrama A putri sman 2 sekayu

Saat aku menginjak jam terakhir di sekolah, kebetulan sekolah kami sekolah unggulan yang mendapat jam belajar tambahan. Mungkin hal ini terjadi sekitar pukul 14.30-an hari ini. Saat itu aku langsung masuk kelas dan mengambil posisi tengah. Ku ambil kursi yang ada di sebelah ku, sehingga kursiku menjadi-2. Karna terlalu lelah aku berbaring dan membayangkan sesuatu yang indah, hingga aku sedikit dan hampir tertidur. Aku masih bisa mendengar pembicaraan teman-temanku walaupun mereka kira aku tertidur. Yang aku dengar suara mareka , teman perempuanku Dini, dan beberapa teman laki-lakiku yang aku dengar suaranya hanya Joe dan Fajri, mereka asik membicarakan masa lalu dan mengumbar kenangan masa lalu mereka. Maklum tidak jarang lagi mereka menginjak saat dimana yang biasa di namakan kaum muda PACARAN. Terutama Dini, cewek berhijab dan sedikit tomboy.
Okey balik ke point. Saat aku masih asik tertidur dan mereka tak kalah asing ngobrol. Sepintas kata-kata Dini sempat menjadi topic utama ingatanku siang itu ‘ kelas ini penuh sandiwara’ . Saat kami sedang menghabiskan weekend di waterboom di kota kami. Banyak cerita yang kami paparkan mengenai kelas kami, XI IPA 1. Mulai dari soulmate, sehabat, teman, mantan sahabat, dan masih banyak lagi. Dan tak ku hiraukan, aku tetap berusaha ager terlelap dalam keributan itu. Agar aku bisa bertemu dengan ketenangan dan melupakan semua tragedi yang pahit. Hingga teriakan dan gerak-gerik Feni benar-benar membangunkan ku dari tidur. Aku duduk dan berniat untuk tidur kembali. Karna tanpa ku sadari hatiku luka mendengar obrolan mereka yang jelas di depan ku. Menganai mantan, pacar, gebetan, fens, dll. Sedangkan aku hanya punya 1 mantan dan tanpa pacar sampai sekarang. Aku sadar dengan fisikku yang kurang menarik dan mukaku yang tak mendukung, tak mungkin ku dapatkan seorang dambaan hati, seperti halnya anak SMA lain lakukan. Yang aku lakukan hanya pura-pura tegar dan menahan tanggis saat rasa itu datang.
Aku melanjutkan rencanaku untuk mencuci muka di toilet, saat akau keluar kelas ku lihat rani, febri, wati, sari, marda dan teman wanita lainnya sedang asik juga ngobrol di luar kelas. Entah apa yang meka bicarakan, aku juga tak peduli dan tak mau tahu. Masih ku balas dengan senyuman sapaan aisyah pada diri ku saat aku berjalan menuju toilet. Karna kalau boleh jujur saat itu rasaku kosong. Saat memasuki kelas kembali, kembali pula aku dengar obrolan dan keributan yang heboh di sana. Padahal notabenenya kelas kami  berjilbab, hanya berbanding 1:1 saja dan semuaanya taat beribadah. Aku juga tak terlalu memperdulikan hal itu dan keluar melihat hasil pengunguman peserta didik baru sekolah kami. Di lapangan sekolah aku bertemu Reky, adik kelas SMP ku, orangnya tinggi dan lumayan tampan. Kalu boleh jujur aku menyukainya, tapi seperti bisa saja, tidak terlalu over mecintai. Sebelum ku sapa dia, aku melihat Roy dan pujaan hatinya berbincang dekat bundaran sekolah. Sepertinya Roy sedang marah, tebakanku mungkin karena Rita tak lulus di SMA kami. Saat Rita berjalan mendekati kami, aku bertanya “ rit, gimana? Lulus dek?” tanyaku lembut, sambil menyajikan senyuman manisnya iya berkata “ tidak yuk, belum rejeki” jawabnya pasrah, “ nomor berapa dek ”tanyaku kembali “ 12 yuk” jawabnya “ diterima?”tanyaku karna terlalu penasaran “ 10 yuk”. Sekejap aku memberhentikan pembicaraan itu, karna kau tahu persisi bagaimana perasaan nya aat ini. Aku juga pernah alami di sini dan di saat yang sama, pengunguman tes tahap III. Tapi bedanya aku hanya lebih beruntung dari Rita.
Lalu ku sapa Reky “ Reky kemarilah!” ujarku dermawan, Reky hanya menggeleng seperti kecewa keadaannya dan reflex aku bertanya “ Noufal lulus Rek?” dari kejauhan aku bertanya dan Reky hanya mengangguk. Terasa ada campuran rasa sedih dan bahagia iya tak lulus, dan sangat bahagian Noufal lulus. Karna itu adik dari teman sekelasku. Aku datang ke auditorium untuk mastikan hal tersebut benar bersama teman-teman yang ikut ke sana. Ternyata semuanya benar saat ku tanya Noufal mengenai Reky, pertanyaan ku terjawab. Benar iya TAK LULUS. Aku ikut bersedih atas hal dan hari ini. Setelah tahu semuanya aku kembali ke kelas dan kembali mendengar obrolan mengenai topic yang sama.
Tapi kali terlihat di wajah mereka dan sangat terlihat ada banyak rahasia di sana. Entah tentang apa dan serentak temanku Dini memangil nama ku dan bergegas seolah ingin mengatakan sesuatu tentang status facebook Fajri, yang menjadi masalah danga pengetahuan nama yang ia maksud . Belum sempat iya katakana, Fajri datang dan mengatakan JANGAN hingga mengancam akan membeberkan rahasia Dini pula. Aku lebih penasaran hingga ku beritahu dini agar tak usah takut pada Fajri. Lalu Fajri keok, dia duduk dan tetap megatakan ‘ JANGAN LAKUKAN ‘ pada Dini. Dini mengatakan dengan labat dan lantang “ Ki, kata Fajri buntut yang iya maksud ituuuuuu….” iya terdiam sambil melirik Fajri, ku tengok fajri seperti lunglai mendengarnya “ benar Megaaaaa!!!!” terus Dini. “ ehhh,, enak saja, aku tak pernah mengatakan hal demikian pada mu!” balas Fajri. “ kau ini, katamu janagan katakana yang benarnya, dan sekarang aku katakan yang bohongan dan kau tak bisa di ajak kompromi pula, saat aku paparkan kebenarannya kau marah pula pada ku!! Aneh!!” dan dini kembali duduk sambil terus menyeloteh.
Aku tak tahan dengan keadaan ini, hatiku seakan mengatakan orang yang mereka maksud ‘BUNTUT’ itu adalah AKU. Ya, hatiku juga sependapat bahwa itu benar aku, tapi belum bisa ku buktikan kebebarannya. Ku lihat tatapan mata Dini dan Fajri seakan setuju dengan hatiku, dan seakan dari tadi mereka membicarakan aku lewat mata mereka. “ sudahlah kalian berdua ini, aku tahu apa yang kalian bicarakan! Hahahahha -tertawa tebahak-bahak-” timpalku menenangkan suasana. Mereka kembali tertawa terbahak-bahak dan aku mengikuti.
Tanpa mereka tahu hatiku sekarang seolah menghadap badai di tengah samudra malam hari. Di sana gelap dan tak ada daratan tempat berlabuh, badai dan petir seolah bisa di misalkan untuk melambangkan hatiku yang tak tenang. Teriakan ikan bisa di jadikan sebagai perwakilan hatiku yang ingin berteriak ingin bebas dari hali ini, tapi tak ada seorang pun yang mau dan bisa mendengar. Aku capek hidup, aku takut pula mati, karna aku tak siap denagan duniaku selanjutnya. Saat kami pulang sekolah dan bersiap untuk apel siang, rasa yang luar biasa itu masih membekas dan menjiplak sama persis, sehingga aku lebih memilih murung untuk pulang ke asrama.
Teman asal kalian tahu, sifatku yang saat ini sungguh ku gantangkan pada kalian. Saat aku merasa kehilangan dan sendiri inilah aku jadinya, lebih murung dan lebih memilih diam. Saat kalian hadir menemani, saat aku sedang sendiri dan menggoreskan kebahagiaan, saat  itulah aku bahagia dan sangat bahagia, hingga aku lebih ceria dan bisa tersenyum bahagia pula. Inilah sifat misterius yang kalian maksud teman, saat aku hilang kalian inilah aku dan saat kalian ada, iniah aku. Kalian tak usah bersaha mengubah tabiat ku ini karna aku juga muak dengan ini, yang harus selau menggantungkan rasa dengan kalian. Dan terakhir asal kalian tahu, tak jarang aku sakit karna hal ini.

Terima kasih


Saskia Kurnia Riandasari