OH ASTAGA!!


Kali ini darah ku seperti dipompa, jantungku seperti rasa di terkam singa di balantara. Mataku berbinar seolah yang aku rasakan kelak akan membunuh. Jika hal yang ku lakukan salah maka hancurlah kita. Katanya. Saat ia berkata mati setengah tubuhku, dak ada lagi yang bisa aku pikirkan, semua yang ku lakukan dianggap oposisi. Aku hanya melakukan tugas, ku rasa tak masalah hanya satu aku. Tapi kali ini aku hanya bisa bungkam, sebungkam bungkamnya. Rasaku tak ingin lagi berbicara. Semangatku hilang, jauh dari rasa jatuh cinta. Ini hanya ketakutan yang terasa, sungguh tersa meresap. Salahkan?? Kutanya. Tapi tak ada jawaban yang benar, karena semua argument dan argument hatiku bercampur aduk. Aku takut untuk menyapa

Baru kali ini aku merasa sulit sekali bergerak. Setelah yang terjadi ini dan termakan perkataan itu rasaku alangkah sempit dunia. Untuk keluar kamarpun aku tak berdaya, lemah.. harus pada siapa aku bertanya. Sungguh jantungku tambah kencap berdegupnya. Siapa yang menenagkan aku kini, penenang pun angkat tangan karena tahu. Aku rasa seperti dibeli oleh daya kekuasaan dan dibelenggu oleh nasib. Ohhh, lembut sekali caranaya agar agar membuat dadaku sesak, tak terlihat sedikitpun. Tapi rasanya seperti asma dan jantungan .