Its Highschool not High

Its Highschool not High-School.

Saskia Kurniarindasari
Poltekes kemenkes Palembang (alumni SMANDASKY)



Hi higschoolers!! Ini bukan tentang cerita kalian yang masih ada di bangku SMA (–gue di taman neh- tuiwww.. terserah deh mau dibangku, di taman, intinya kalian sekarang masih menyandang status siswa SMA). Sebelumnya saya mau ngenalin diri. Saya kemarin sama kaya kalian. Tepatnya 1,5 tahun yang lalu. Tapi jangan pikir kalo saya udah tua, kita masih sama guys (maksudnya kalian bakal tua juga, hahha). Oke focus.. tanpa kalian sadari kalian udah lama sekali menyandang status siswa, kalo saya tidak salah hitung, kira-kira lebih dari 9 tahun, apalagi buat kalian yang sudah kelas XII, sadar gak sih kalau kalian udah hampir 12 tahun jadi siswa? Memang tidak bisa dipungkiri saat kalian SD masuk SMP tahun pertama bilangnya “enakan gue SD, dapet rengking terus” –pikir aja kale, lo SD kemarin belajar apa?-. kalau sudah masuk SMA bialangnya “enakan SMP dulu, gue banyak temannya” –hello, lo SMP jangan-jangan jadi anak 4lAy-.
Memilih SMA bukan karena gengsi sekolahnya, tapi dimana kalian memilih untuk menuliskan nama kalian diijazah. Sekolah bergengsi tidak menjamin kalian untuk menjadi  presiden, untuk menjadi Menlu, bahkan untuk menjadi buruh. Meraka hanya memberikan derajat sosial untuk kalian. Tidak menutup kemungkinan jika kalian masuk disekolah yang notabenenya biasa-biasa saja. Mungkin saja kalian yang akan menerbangkan nama sekolah kalian dinasional bahkan internasional. Semuanya mungkin terjadi.
Untuk anak SMA yang katanya udah jadi kakak dari adek-adek tingkatnya. Perlu kalian ketahui bahwa kalian adalah masa yang paling rentan terhadap pengaruh. Bukan sekolah atau nilai yang akan membentuk kepribadian kalian, tapi lingkungan dan pola pikir kalian pribadi. Sebenarnya banyak sekali hal yang akan kalian lukiskan dalam lembar kanvas SMA kalian, tapi hal itu lagi-lagi based on you. Hal sekecil apapun akan menjadi cerita kala kalian lulus nanti –kalau lulus-. Itu hal yang kecil, apalagi hal yang besar. Seperti hal yang sederhana ialah seorang Tarzan bisa bergaul dengan hewan-hewan disekitar hutan karena belajar bersama dengan hewa-hewan tersebut, yah begitupun kalian. Jika kalian berteman bahkan bersahabat dengan orang bertipikal sama maka seperti itulah kalian.
SMA adalah tempat terakhir kalian berstatus SISWA, setelah itu kalian bisa memilih mau menjadi mahasiswa, taruna, pengacara (Pengangguran Banyak Acara), isteri/suami, dll. Yah ini adalah sekolah menengah bukan tempat pembuliyan dan berperan siapa yang paling terkenal. Kebanyakan senior (orang yang notabenenya sudah kelas atas) akan bersikap bodoh seperti tak acuh dengan kritik dan saran adik tingkatnya, merasa paling hebat, tidak takut dengan siapapun dan bla bla bla. Kalau kalian merasakannya berarti kita sama. Saya pernah juga mengalami hal yang sama. Tapi ingat, kalian sebenarnya setara, jika kalian berbuat yang semena-mena hal tersebut dapat membahayakan kalian juga. Ini sekolah yang buatkan bukan nenek atau keluarga kalian, jadi yahh hal yang baik adalah bersikap sewajarnya saja. Saling menyayangi, membantu, mendidik, dll.

Saat kalian lulus nanti dan tidak menyandang status siswa lagi, kalian akan merasakan hal yang sangat luar biasa. Yaitu kerinduan. Benar sekali, baru lulus satu bulan sudah mau buat acara meet up, dua bulan mau karoke bareng, tiga bulan nonton bareng, setengah tahun sudah mau reuni, Satu tahun kangen ke sekolah, dan sebagainya. Kalian akan merasakan sensasi itu. Maka dari itu jangan sekali kali menyianyiakan masa SMA kalian. Ini masa yang sangat luar biasa bukan masa siapa yang berkuasa. Kalian disini dididik bersama untuk menjadi besar, lantas mengapa kalian harus melawan ornag yang memberikanya, bahkan diluarsana banyak orang yang membutuhkan apa yang kalian sia-siakan. Silahkan tulis satu kata untuk masa SMA kalian didalam kolom ini (……………).