KEGELISAHAN
Tidak salah jika ada
untaian kata yang selayaknya aku tulis kala jiwa bertemu pada situasi yang tak
berwaktu. Ada mata dan bibir yang mengganggu keheningan ku. Jiwaku sudah lama
sekali kelam tak berwarna. Yang aku tau hanya abu-abu dan hitam. Hidup rasanya
jauh dari cinta. Hampir 9 tahun lamanya rasa ini hilang, walau ia ada pasti
rasa yang sama tak akan terbalas. Maka rasanya malas berasa. Rasa ini sama
seperti saat pertama ia menjelma, rasa pertama saat sekolah persis sama, hanya
dengan mata yang berbeda. Kenapa mata? Karena mata bisa bicara dan merasa tanpa
ada kebohongan.
Berawal dari pertemuan
pertama dihari pertama pengabdian untuk negeri, saat jiwa menggebu ingin
mengabdi. Mata itu datang, sepertinya hanya kebetulan, ia adalah orang pertama
yang aku tanyakan namanya. Karena tidak ada bet nama dan ketika itu seseorang
mencarinya. This is fist clue. Saat itu semua seperti biasa saja, diriku pun
rasanya masih takut berada disana. Tidak berteman tidak berkawan serasa asing
dinegeri sendiri, asing di tanah air sendiri. Mereka mengenal tapi tak menyapa,
karena tak heran begitulah tabiat.
Setelah sekian lama,
mata itu mulai mengajakku bicara, entah topik apa yang ia mulai atau aku yang
memulai, entahlah aku lupa. Tapi semua hanya sebatas apa yang aku mengerti dan
dia mengerti, tak lebih. Pemilik mata itu perparas baik, tapi sepertinya pada
setiap insan, bukan hanya beta. Tapi sebagai wanita naluriku memilih antara
biasa dan berbeda. Lantas ia memilih berbeda. Lambat laun kedua pasang mata
sering bertemu tapi mataku takut menatap ia.
Sampai suatu hari, saat
itu benar-benar diluar dugaan. Aku harap ini adalah jalan Tuhan yang memiliki
triliunan cara. Kami mengintari sekitaran wilayah untuk menghibur diri. Mungkin
karena terlalu penat dengan dunia. Semua terlihat bahagia. Saat hari yang sama
saat aku meilihat jiwa dengan mata yang sama, aku tak tahu jantungku mulai
meledak rasanya. Sangat kencang. Tapi jiwa ku masih bisa atasi situasi itu.
Lagi-lagi mungkin hanya
aku yang merasa begitu tinggi dibuatnya. Mungkin karena mata itu suka
meninggikan. Mulai dari saat pertama dan hingga akhirnya berpisah dalam kereta
satu gerbong itu rasaku kian bertambah, bertambah jadi. Duhai mata yang selalu
mengundang gelisah. Aku tak tahu apakah kau rasakan hal yang sama, atau aku hanya
betepuk sebelah. Satu hal wahai arjuna, kegelisahan ku ini tak bisa ku atasi.
Rasanya setiap detik pada jam diding rumah mendetikkan namamu, sehingga aku tak
ada kesempatan untuk lupa.
Taukah kamu duhai mata
yang menengelamkan aku dalam gelisah. Saat malam kala kita sama-sama dalam
kelam, seakan aku disentuh angin hinga bibirku tersenyum. Selalu seperti itu.
Malam ku terasa begitu panjang. Tak sabar aku menunggu matahari esok. Kala
Tuhan memanggil dengan seruan azan, nama mu terselip dalam sujudku. Dengan harapan
yang sama.
Setelah sekian lama rasa
ini mati. Tapi aku tak tahu bgaimana kau hidupkan ia kembali. Rasanya tak wajar
jika aku merindu, tapi bagaimana kegelisahanku mengarah pada kerinduan. Duhai
mata yang sama, aku tak tahu apakah ada orang yang kau rindukan, apakah itu
orang lain atau siapa.
Kau pernah dengan lembut
meminta bantuan ku, maka halang rintang ku tumbangkan demi mu. Saat aku tak
tahu bagaimana kabar mu kegelisahan ku bertambah, tapi aku malu menuai topik
bicara, aku takut kau akan bungkam. Sungguhh tak enak rasanya diam. Melihat
gambarmu saja jantubgku terus bertak tak karuan, bisa kau bayangkan saat kita
berdekatan bagaiman suara detaknya.
Tuhan pun sebenarnya
tertawa. Karena hal yang sama selalu ku minta, hal yang sangat dekat dengan mu.
Kau tahu aku minta apa pada Tuhan? Iya aku minta ia kirimkan rinduku dan
berikan hatimu pada ku. Ini gila, sungguh tidak masuk akal. Kalanya mulut ini
rasanya segan mengucapkan doa yang sama. Tapi ini lah satu satu jalanku
sampaikan rinduku
Iya aku tak tahu namanya
apa itu, yang aku tau ini sangat indah. Aku akan bercerita bagaimana ini bisa
terjadi. Ingatkah saat kita bukan hanya aku dan kamu, kita ada di suatu tempat.
Aku acuhkan saat kau bercerita, ceritamu tak sangka bisa menenggelamkan aku.
Saat yang sama kita abadikan moment disana, saat itu matamu tertangkap kamera.
Mulai detik itu hati ku mulai bersuara. Apakah ini? Tapi tak begitu aku
hiraukan karena jiwa menentang.
Filosofi dari suatu
kejadian, hingga aku tak bisa terlelap saat kau hanya sendiri terjaga. Iya
harusnya kau sadar itu. Tapi, sudahlah ini sungguh jauh dari ekspetasi ku.
Entah kau anggap siapa aku, satu hal yg harus lau tau, matamu mampu
tenggelamkan aku.
Duhai mata yang sama,
namamu selalu hadir dalam setiap doaku, apakah kau lakukan hal yang sama?
Entahlah. Kau hadirkan kembali warna-warna yang tidak pernah aku lihat lagi.
Kau hidupkan hati yang hampir punah dan membatu, hebat sekali. Aku tak tahu
apakah tulisan ini sangat fanatic dengan engkau, bahkan mudah tertebak. Atau
bahkan tidak penting. Aku meminta pada Tuhan kita untuk mengirimkan doaku tiap
malam, tiap aku akan terlelap dikepalaku ada engkau. Bahkan saat aku tidak
terlelappun nama bahkan wajahmu ada dimuka. Duhai arjuna tolong mengertilah.