Misterus
kah aku?
Ini ceritaku hari ini, dan aku menulisnya saat aku pulang
sekolah, ini tetang kejadian nyata, tetang teman dan cinta, tapi cerita ini tak
seperti dalam kisah telenovela yang kalian kenal, yang menggabungkan orang
ke-2, ke-3 dan iblis. Aku hanya menyurahkan isi hatiku, karna aku binggung akan
bercerita kepada siapa, karna aku tak ada teman akrab seperti di novel-novel
yang ku baca, kecuali ALLAH SWT yang menemaniku.
K
E M A N A P U N……………..
Sekayu,
7 mei 2013
16.31
WIB
Asrama
A putri sman 2 sekayu
Saat aku menginjak jam terakhir di sekolah, kebetulan
sekolah kami sekolah unggulan yang mendapat jam belajar tambahan. Mungkin hal
ini terjadi sekitar pukul 14.30-an hari ini. Saat itu aku langsung masuk kelas
dan mengambil posisi tengah. Ku ambil kursi yang ada di sebelah ku, sehingga
kursiku menjadi-2. Karna terlalu lelah aku berbaring dan membayangkan sesuatu
yang indah, hingga aku sedikit dan hampir tertidur. Aku masih bisa mendengar
pembicaraan teman-temanku walaupun mereka kira aku tertidur. Yang aku dengar suara
mareka , teman perempuanku Dini, dan beberapa teman laki-lakiku yang aku dengar
suaranya hanya Joe dan Fajri, mereka asik membicarakan masa lalu dan mengumbar
kenangan masa lalu mereka. Maklum tidak jarang lagi mereka menginjak saat
dimana yang biasa di namakan kaum muda PACARAN. Terutama Dini, cewek berhijab
dan sedikit tomboy.
Okey balik ke point. Saat aku masih asik tertidur dan mereka
tak kalah asing ngobrol. Sepintas kata-kata Dini sempat menjadi topic utama
ingatanku siang itu ‘ kelas ini penuh sandiwara’ . Saat kami sedang menghabiskan
weekend di waterboom di kota kami. Banyak cerita yang kami paparkan mengenai
kelas kami, XI IPA 1. Mulai dari soulmate, sehabat, teman, mantan sahabat, dan
masih banyak lagi. Dan tak ku hiraukan, aku tetap berusaha ager terlelap dalam
keributan itu. Agar aku bisa bertemu dengan ketenangan dan melupakan semua tragedi
yang pahit. Hingga teriakan dan gerak-gerik Feni benar-benar membangunkan ku
dari tidur. Aku duduk dan berniat untuk tidur kembali. Karna tanpa ku sadari
hatiku luka mendengar obrolan mereka yang jelas di depan ku. Menganai mantan,
pacar, gebetan, fens, dll. Sedangkan aku hanya punya 1 mantan dan tanpa pacar
sampai sekarang. Aku sadar dengan fisikku yang kurang menarik dan mukaku yang
tak mendukung, tak mungkin ku dapatkan seorang dambaan hati, seperti halnya
anak SMA lain lakukan. Yang aku lakukan hanya pura-pura tegar dan menahan
tanggis saat rasa itu datang.
Aku melanjutkan rencanaku untuk mencuci muka di toilet, saat
akau keluar kelas ku lihat rani, febri, wati, sari, marda dan teman wanita
lainnya sedang asik juga ngobrol di luar kelas. Entah apa yang meka bicarakan,
aku juga tak peduli dan tak mau tahu. Masih ku balas dengan senyuman sapaan aisyah
pada diri ku saat aku berjalan menuju toilet. Karna kalau boleh jujur saat itu
rasaku kosong. Saat memasuki kelas kembali, kembali pula aku dengar obrolan dan
keributan yang heboh di sana. Padahal notabenenya kelas kami berjilbab, hanya berbanding 1:1 saja dan
semuaanya taat beribadah. Aku juga tak terlalu memperdulikan hal itu dan keluar
melihat hasil pengunguman peserta didik baru sekolah kami. Di lapangan sekolah
aku bertemu Reky, adik kelas SMP ku, orangnya tinggi dan lumayan tampan. Kalu
boleh jujur aku menyukainya, tapi seperti bisa saja, tidak terlalu over mecintai. Sebelum ku sapa dia, aku
melihat Roy dan pujaan hatinya berbincang dekat bundaran sekolah. Sepertinya Roy
sedang marah, tebakanku mungkin karena Rita tak lulus di SMA kami. Saat Rita
berjalan mendekati kami, aku bertanya “ rit, gimana? Lulus dek?” tanyaku
lembut, sambil menyajikan senyuman manisnya iya berkata “ tidak yuk, belum
rejeki” jawabnya pasrah, “ nomor berapa dek ”tanyaku kembali “ 12 yuk” jawabnya
“ diterima?”tanyaku karna terlalu penasaran “ 10 yuk”. Sekejap aku
memberhentikan pembicaraan itu, karna kau tahu persisi bagaimana perasaan nya
aat ini. Aku juga pernah alami di sini dan di saat yang sama, pengunguman tes
tahap III. Tapi bedanya aku hanya lebih beruntung dari Rita.
Lalu ku sapa Reky “ Reky kemarilah!” ujarku dermawan, Reky
hanya menggeleng seperti kecewa keadaannya dan reflex aku bertanya “ Noufal
lulus Rek?” dari kejauhan aku bertanya dan Reky hanya mengangguk. Terasa ada
campuran rasa sedih dan bahagia iya tak lulus, dan sangat bahagian Noufal lulus.
Karna itu adik dari teman sekelasku. Aku datang ke auditorium untuk mastikan
hal tersebut benar bersama teman-teman yang ikut ke sana. Ternyata semuanya
benar saat ku tanya Noufal mengenai Reky, pertanyaan ku terjawab. Benar iya TAK
LULUS. Aku ikut bersedih atas hal dan hari ini. Setelah tahu semuanya aku
kembali ke kelas dan kembali mendengar obrolan mengenai topic yang sama.
Tapi kali terlihat di wajah mereka dan sangat terlihat ada
banyak rahasia di sana. Entah tentang apa dan serentak temanku Dini memangil
nama ku dan bergegas seolah ingin mengatakan sesuatu tentang status facebook Fajri,
yang menjadi masalah danga pengetahuan nama yang ia maksud . Belum sempat iya
katakana, Fajri datang dan mengatakan JANGAN hingga mengancam akan membeberkan
rahasia Dini pula. Aku lebih penasaran hingga ku beritahu dini agar tak usah
takut pada Fajri. Lalu Fajri keok, dia duduk dan tetap megatakan ‘ JANGAN
LAKUKAN ‘ pada Dini. Dini mengatakan dengan labat dan lantang “ Ki, kata Fajri
buntut yang iya maksud ituuuuuu….” iya terdiam sambil melirik Fajri, ku tengok
fajri seperti lunglai mendengarnya “ benar Megaaaaa!!!!” terus Dini. “ ehhh,,
enak saja, aku tak pernah mengatakan hal demikian pada mu!” balas Fajri. “ kau
ini, katamu janagan katakana yang benarnya, dan sekarang aku katakan yang
bohongan dan kau tak bisa di ajak kompromi pula, saat aku paparkan kebenarannya
kau marah pula pada ku!! Aneh!!” dan dini kembali duduk sambil terus
menyeloteh.
Aku tak tahan dengan keadaan ini, hatiku seakan mengatakan
orang yang mereka maksud ‘BUNTUT’ itu adalah AKU. Ya, hatiku juga sependapat
bahwa itu benar aku, tapi belum bisa ku buktikan kebebarannya. Ku lihat tatapan
mata Dini dan Fajri seakan setuju dengan hatiku, dan seakan dari tadi mereka
membicarakan aku lewat mata mereka. “ sudahlah kalian berdua ini, aku tahu apa
yang kalian bicarakan! Hahahahha -tertawa
tebahak-bahak-” timpalku menenangkan suasana. Mereka kembali tertawa
terbahak-bahak dan aku mengikuti.
Tanpa mereka tahu hatiku sekarang seolah menghadap badai di
tengah samudra malam hari. Di sana gelap dan tak ada daratan tempat berlabuh,
badai dan petir seolah bisa di misalkan untuk melambangkan hatiku yang tak
tenang. Teriakan ikan bisa di jadikan sebagai perwakilan hatiku yang ingin
berteriak ingin bebas dari hali ini, tapi tak ada seorang pun yang mau dan bisa
mendengar. Aku capek hidup, aku takut pula mati, karna aku tak siap denagan
duniaku selanjutnya. Saat kami pulang sekolah dan bersiap untuk apel siang,
rasa yang luar biasa itu masih membekas dan menjiplak sama persis, sehingga aku
lebih memilih murung untuk pulang ke asrama.
Teman asal kalian tahu, sifatku yang saat ini sungguh ku
gantangkan pada kalian. Saat aku merasa kehilangan dan sendiri inilah aku
jadinya, lebih murung dan lebih memilih diam. Saat kalian hadir menemani, saat
aku sedang sendiri dan menggoreskan kebahagiaan, saat itulah aku bahagia dan sangat bahagia, hingga
aku lebih ceria dan bisa tersenyum bahagia pula. Inilah sifat misterius yang
kalian maksud teman, saat aku hilang kalian inilah aku dan saat kalian ada, iniah
aku. Kalian tak usah bersaha mengubah tabiat ku ini karna aku juga muak dengan
ini, yang harus selau menggantungkan rasa dengan kalian. Dan terakhir asal
kalian tahu, tak jarang aku sakit karna hal ini.
Terima kasih
Saskia Kurnia Riandasari