MEATBALL


Sudahkah kamu berterimakasih?
Hari mager kamu kapan? misal jawabannya kalo ga ada kerjaan atau saat libur. Berarti  kita sama. Jadi hari ini mager time.. setelah nulis tadi, aku coba-coba latihan makeup, yahh walaupun ga bisa banget tapi kalo latihan terus pasti akan ada hasilnya juga. Singkat cerita saat lagi bikin alis (kalian tahu kan gimana susahnya bikin alis simetris?) hp ku berdering dan ku lihat panggilan masuk dari seorang teman satu profesi ku. Yahh walaupun dia jauh lebih tua dariku tetap saja dia teman seprofesi atau lebih tepatnya seniorku. Beliau menanyakan basa basi “kamu dimana?” yahh aku jawab jujur saja aku sedang dirumah. Tapi tak ku bilang aku sedang latihan makeup apalagi lagi bikin alis, kan ga lucu.
Beliau mengatakan bahwa bisa tidak menambal di rumahku? Aku jawab bisa, aku masih menyimpan alatnya dan bahannya pun masih ada. Lantas beliau menyarankan fulan untuk datang kepadaku dan bertanya. Dan si fulan adalah seorang pedagang keliling dan menanyakan masalah harga. Aku bilang biarlah fulan kerumah dulu, lantas akan ku beritahu dengan Bahasa ku. Karena aku tahu akan kedatangan si fulan aku bergegas ganti baju. Tak enak nanti dikira pembantu. Karena hanya memakai daster, maklum orang tuaku sedang keluar.
Belum selesai aku mengganti baju, tak lama pegawai buya ku naik ke atas dan memanggilku, mengatakan ada fulan yang ingin memeriksakan giginya. “yaa, tunggu sebentar!!” jawabku. Aku turun dan sengaja tidak menghapus makeup yang aku belajar tadi. Bukan karena ingin sok cantik, hanya sayang dengan produk yang sudah aku habiskan untuk latihan. Biarlah toh nanti akan tersiram air pula. Tapi sebenarnya aku pun merasa terlalu berlebihan, karena dengan makeup se-up itu hanya turun dari rumah untuk melihat fulan yang meminta bantuan ku saja.
Saat turun ku lihat fulan sedang menyipkan julanan nya, sepertinya ada pembeli. Aku masuk ruangan untuk mempersiapkan alat memeriksa dan memanggil si fulan untuk diperiksa. Masuklah si fulan, oh iya fulan adalah pedagang bakso kuah langganan kami di puskesmas. Umurnya mungkin 40 tahunan. Aku panggil ‘mamang’ saja. Ia menceritakan keluhannya dan ku periksa. Ternyata tidak memungkinkan untuk diperbaiki, lagi pula bukan kompetensiku untuk memperbaiki. Lalu ku jelaskan apa yang harus ia lakukan dan dimana ia mendapatakan perawatan. Ia pun memahami dan sepertinya antusias dengan penjelasanku. Lalu saat hatinya sudah puas dengan apa yang aku jelaskan ia berterimakasih dan menanyakan berapa harga untuk konsultasi ini? Aku tersenyum saja dan menjawab tidak perlu bayar mang!!. Dan terimakasih dari orang yang kamu tolong itu lebih dari rupiah kepuasannya.
Aku senang, walupun itu hanya terimakasih, aku pun tak mengharap bayaran darinya. Karena ku lihat dari penambilannya saat itu, tak memungkinkan pula aku meminta rupiah. Aku senang karena ilmu ku dapat berguna dan dapat aku sambung lidahakan di masyarakat luas. Saat mang fulan keluar dari ruangan, aku membereskan ruangan dan mematiakan lampu ruangan langsung menguncinya. Saat aku keluar mang fulan memberikan aku sekantung bakso, katanya sebagai ucapan terimakasih.
Terkadang benar, bahwa rupiah bukan segalanya. Ini bukannya aku membenci rupiah, aku suka uang. Tapi hal ini mengajarkan aku bahwa uang bukan segalanya. Bahkan dengan terimakasih aku sudah merasa begitu senang. Rasanya ada penghargaan atas usahaku. Karena aku pernah melakukan sesuatu yang besar untuk sesuatu tanpa ada terimakasih. Ku ceritakan hal ini dengan ibu ku dan beliau berkata kamu akan belajar lebih banyak nanti.