Entahlah
aku tidak berani untuk langsung menyatakan. Sudah ku bilang kesahku, rinduku,
marahku tidak bisa aku lontarkan secara frontal pada sasaran sebenarnya. Aku
tak tega, jika aku marah mungkin itu hanya sandiwara. Kebenarannya aku tak
sanggup lakukan itu. Sebenarnya aku ingin bercerita tentang orang yang sama
dengan kemarin. Orang yang selalu mengundang kegelisahan di pikiranku. Orang
yang sama yang selalu aku diskusikan saat doa malam ku. KAMU.
Kala
angin datang beritahu aku kabar, bahwa sebenarnya kamu pula memiliki keinginan
yang sama dengan ku bibirku rasanya tak ingin tertutup untuk tersenyum. Kering
gigi ku, keram pipi ku rasanya. Tak bisa tidur aku dibuatnya, ada dua angin
yang beritahu aku kabar baik itu. Tapi aku tidak sepenuhnya percaya. Karena itu
bisa saja hanya kabar untuk senangkan aku, bahkan aku tidak percaya kalau bukan
keluar dari bibirmu.
Ketahuilah,
aku ini pemalu. Aku malu untuk berucap dahulu darimu. Aku malu menatap mu saat
kau beranjak, bahkan saat motormu memasuki gerbang depan. Menatapmu saja aku
malu. Aku malu saat kabar kirimkan bunga kertas pada ku, entah itu benar atau
tidak darimu. Aku malu saat membuka gallery dan memperbesar wajahmu. Aku malu
saat berbicara tentang dirimu, hatiku terlihat sangat cupu saat ada sedikit namamu
yang terucap oleh orang lain. Aku malu dengan ketidaksempurnaan ku dengan
dirimu yang sangat baik. Aku malu.
Bahkan
jika malam memiliki mata, yakinlah ia akan bosan melihatku bertingkah. Saat aku
tak tahu kabarmu sedetik saja, rasanya hatiku gelisah. Duhai cinta kenapa kau
begitu rasanya?. Itu sudah lama, bahkan aku sudah terbiasa mengingatmu,
mengenangmu, merindumu. Setiap malam, menjelang tidurku, bangun ku, saat kau
belum datang, saat kita berada di tempat yang sama hanya saja berjauhan, saat
pulang, saat aku termenung, saat melihat seluler genggamku. Aku terbisa
merindumu.
Kau
tahu, hanya ada satu alasan yang mengganjal hatiku tak ingin berlebih
mengenalmu. Alasan yang menjadi dinding saat aku merindu. Alasan yang menjadi
lonceng yang keras yang membangunkan aku dari lamunan tentangmu, yang jadikan
aku serba salah tak tahu apa yang harus aku lakukan. Alasan itu adalah cinta
mu, cinta yang entah masih kau jalani dengan dia atau sudah kalian akhiri, aku
tak tahu. Aku tak punya keberanian tanyakan hal itu pada mu, karena siapa aku?.